Kamis, 23 Januari 2014

Terjadinya Tawuran antar SMA 70 dan SMA 6 Jakarta

Tawuran antar-pelajar kembali terjadi di Bulungan, Jakarta Selatan. Kali ini memakan korban. Satu pelajar tewas dan satu lainnya terluka. Menurut juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, tawuran antara siswa pelajar SMA 6 dan SMA 70 pecah pada pukul 12.20 WIB. “Setelah bubar, didapati satu korban,” kata Rikwanto, Senin, 24 September 2012.
Tawuran terjadi di Bunderan Bulungan, Jakarta Selatan. Korban bernama Alawi, siswa kelas X SMA 6, berdomisili di Larangan, Ciledug Indah. “Dia mendapat luka tusuk di bagian dada.”
Korban kedua, Ramdan Dinis, kelas XII SMA 6, tinggal di Jalan Piso, Bintaro, Jakarta Selatan. Dia luka di pelipis. Kedua korban dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring, Jakarta Selatan. Sayangnya, nyawa Alawi tak tertolong. “Dia meninggal di rumah sakit tidak lama setelah dibawa ke sana,” ujar Rikwanto.
Anggota Komisi X DPR RI, Zulfadhli, menilai bahwa terjadinya tawuran antarpelajar yang seakan tak ada henti-hentinya di Jakarta dikarenakan sistem pendidikan yang tidak tepat yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Ini akibat kesalahan sistem pendidikan yang hanya menekankan aspek kognitif dengan mengejar nilai ujian saja, tanpa memperhatikan pembentukan karakter siswa,” kata Zulfadhli usai rapat dengar pendapat dengan Direkrotat Pendidikan Menengah Kemdikbud dan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Kepala SMA 6 dan 70 Jakarta di Gedung DPR RI, Jakarta.
Pencegahan Terhadap Tawuran Antar Pelajar
Tawuran antar pelajar merupakan sebuah problem yang sangat kompleks ditangani oleh semua pihak. Salah satu kontribusi kita sebagai pendidik adalah dengan menanamkan pendidikan karakter. Dimanakah peran kita? Pertama, dengan melakukan pendidikan pada masyarakat (civic education). Memberikan dua bagian pendidikan yang terdiri dari pendidikan keagamaan dan pendidikan intelektual. Dengan begitu, masyarakat bisa menentukan, menganalisa, dan membuat keputusan sementara kasus tawuran antar pelajaran yang marak terjadi akhi-akhir ini di Indonesia.
Kedua, pendidik bisa berperan aktif dalam gerakan formal, misalnya komunitas sekolah, dengan selalu menjadikan komunitas sekolah ini terlibat dalam kegiatan penanaman pendidikan karakter.
Ketiga, jika kita sebagai guru atau pendidik tetap konsisten di jalan ini untuk mengumandangkan terus gerakan anti tawuran, dan bekerjasama dengan orang tua siswa membentuk komite sekolah, pastinya akan menjadi kekuatan yang hebat.
Semua langkah di atas adalah upaya sederhana yang bisa dilakukan guru sebagai pendidik dalam rangka perbaikan moral, kinerja, dan keberhasilan program kerja sekolah sudah berhasil atau belum
Tanamkan Pendidikan Karakter
Sebagaimana dikatakan berbagai pihak, terdapat lima langkah strategi yang dapat dilakukan oleh institusi pendidikan untuk menumpas tawuran antar pelajar bagi pendidik di Indonesia. Hal ini tentunya dengan berbagai pertimbangan yang matang demi terciptanya pendidikan yang aman, nyaman, kondusif, dan menyenangkan.
Pertama, menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif peserta didik.
Kedua, menciptakan lingkungan belajar bagi para pelajar yang kondusif sehingga bisa belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat.
Ketiga, memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the goodloving the good, danacting the good.
Keempat, metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing peserta didik, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan aspek-aspek kecerdasan manusia.
Kelima, menerapkan empat pilar pengembangan karakter berbangsa dan bernegara pada pelajar. Empat pilar yang dimaksud adalah Undang-undang Dasar 1945, Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. Meskipun demikian, harus diakui masih kurang berhasilnya pendidik andil dalam menumpas tawuran antar pelajar sangat terkait dengan proram pendidikan dan pengajaran yang selama ini berjalan.
Oleh karena itu, fenomena tawuran antar pelajar yang menggurita di Indonesia harus kita jadikan wacana menarik untuk membenahi pendidikan kaum pelajar. Dengan kata lain, sudah saatnya kita semua membuat langkah yang lebih maju untuk menumpas tawuran antar pelajar
                                             


http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/16/pendidik-menumpas-tawuran-antar-pelajar-611141.html

0 komentar:

Posting Komentar