Jumat, 13 November 2015

Ucapan dan Ejaan



1.Ucapan dan Ejaan

A.Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata, dan bagaimana menggabungkan kata-kata.
Pemakaian Bahasa Indonesia ingin berkembang dan maju dalam segala bidang seirama dengan tuntutan pembangunan. Langkah praktis yang ditempuhnya dengan menyerap unsur-unsur asing (yang mengandung konsep yang tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia) dalam pemakaian Bahasa Indonesia.karena tidak ada konsepnya dalam Bahasa Indonesia, mereka menyerap unsur asing, misalnya, izin, folio, dan vak dalam Bahasa Indonesia. Dengan demikian, unsur bunyi z, f, v yang tadinya tidak ada dalam Bahasa Indonesia menjadi ada .hal ini tidk dapat dihindari, sebab situasi dan kondisi menuntut yang seperti itu. Kita tidak pantas lagi mengikuti aliran purisme yang mempertahankan “keaslian” bahasanya secara tidak proposional.Menyadari keadaan yang demikian itulah, ejaan kita sekarang menerima pemakaian huruf z, f, v, q, x, dan c dalam Bahasa Indonesia, walaupun pemakaiannya dalam batas-batas tertentu.
·         Huruf q dan x pemakaiannya dibatasi hanya dalam keperluan ilmu dan nama. Jadi, dalam pemakain umum, yaitu dalam kata-kata umum dan istilah, kedua huruf itu belum dapat dipakai. Dalam matematika, misalnya, dapat menandai sesuatu dengan q da x. begitu juga nama Baihaqi, Iqbal (nama orang); dan xerox, Xerxes, sinar-X (nama barang) dibenarkan. Tetapi kata-kata asing aquarium, equator, quadrat, extra, dan taxi harus dituliskan akuarium, ekuator, kuadrat, ekstra, dan taksi.Jadi q diganti k dan x digantti ks.
·         Huruf f dan v, walaupun dalam Bahasa Indonesia keduanya dibunyikan sama tetap dipakai secara berbeda. Kata-kata asing yang diucapkan (f) tak bersuara oleh pemakaian bahasa asing yang bersangkutan ditulis f dalam Bahasa Indonesia, sedangkan yang diucapkan (v) besuara oleh pemakaian bahasa asing yang bersangkutan dilambangkan dengan v. jadi, kata-kata asing factor, physiology, photocopy, vitamin, television, dan vacuum diubah menjadi faktor, fisiologi, fotokopi, vitamin, televisi, dan vakum.
·         Sedangkan huruf c dan y pemakaian kedua huruf ini sebagai realisasi kerjasama antara indonesia dan Malaysia, khususnya dalam hal pengembangan dan pembinaan kedua bahasa, yaitu Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia . apabila pada Ejaan suwandi penulisan bunyi (cacat) dan (sayat) ditulis tjatjat dan sajat, maka pada ejaan sekarang ditulis cacat dan sayat. Dalam Bahasa Melayu pun ditulis cacat dan sayat.
·         Bunyi (z) pada unsur asing yang masuk kedalam Bahasa Indonesia ditulis sebagai bunyi aslinya, yaitu z. oleh sebab itu, kata zakat, ziarah, zebra, zat, zodiac yang dianggap tepat, tetapi bukan jakat, jiarah, jebra, jat, dan sodiak.

B.Aturan Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia.

a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu satuan.
Misalnya: Ibu percaya engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu buku baru.

b.  Kata Turunan
1.   Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan dasarnya.
Misalnya:bergeletar
dibiayai
diperlebar
mempermainkan
menengok

2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya: bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung)

3.  Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung)
Misalnya:  memberitahukan
mempertanggungjawabkan
di
lipatgandakan
peng
hancurleburan
4.  Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: amoral
antarkota
antikomunis
bikarbonat
catur tunggal
dasawarsa
demoralisasi
dwiwarna
ekawarna
ekstrakurikular
infrastruktur
inkonvensional
internasional
introspeksi
kolonialisrne
kontrarevolusi
kosponsor
mahasiswa
monoteisme
multilateral
nonkolaborasi
Pancasila
panteisme
poligami
prasangka
purnawirawan
reinkarnasi
saptakrida
semiprofesional
subseksi
swadaya
telepon
transmigrasi
tritunggal
tunanetra
ultramodern
Catatan:
(1) Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung ( – ).
Misalnya: non-Indonesia
pan-Afrikanisme
(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai, kecuali jika diikuti oleh kata yang bukan kata dasar.
Misalnya: Di daerahnya ia benar-benar “mahakuasa“.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Pengasih.
Semoga Yang
Mahaesa memberkahi usaha Anda.

c. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-).
Misalnya:
anak-anakan
berjalan-jalan
biri-biri
buku-buku

centang-perenang
dibesar-besarkan
gerak-gerik

hati-hati
huru-hara

kuda-kuda

kupu-kupu
kura-kura
laba-laba
lauk-pauk
mata-mata
menulis-nulis
mondar-mandir
porak-poranda
ramah-tamah
sayur-mayur
sia-sia
terus-menerus
tukar-menukar
tunggang-langgang
undang-undang
d. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya umumnya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar

kambing hitam
kereta api cepat
luar biasa
mata pelajaran
meja tulis
model linear
orang tua
persegi panjang
rumah sakit umum
simpang empat
2.  Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar
anak-istri
buku sejarah-baru
dua-sendi
ibu-bapak
watt-jam
3.  Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya: akhirulkalam
alhamdulillah
apabila
bagaimana
barangkali
bilamana
bismillah
bumiputra
daripada
halalbihalal
hulubalang
kepada
manakala
matahari
padahal
paramasastra
peribahasa
sekaligus
sendratari
silaturahmi
syahbandar
wasalam

e.   Kata Ganti ku, kau, mu dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpust
akaan.

f.   Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada (Lihat juga Bab III, Pasal D.3.)
Misalnya:Adiknya pergi ke luar negeri
.Bermalam sajalah di sini.
Di mana ada Siti, di situ ada Sidin.
la datang
dari Surabaya kemarin.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ke mana saja ia selama ini ?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Mereka ada di rumah.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Perhatikanlah penulisan berikut.
Jangan mengesampingkan persoalan yang penting itu.
Kami percaya sepenuhnya
kepadanya.la keluar sebentar.
Kemarikan buku itu
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Semua orang yang terkemuka
di desa itu hadir dalam kenduri itu.Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
g.   Partikel
1.  Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Bacalah buku itu baik-baik
.Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
Siapatah gerangan dia?
2.  Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:  Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan.

Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belun, pernah datang ke rumahku.

Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar ditulis serangkai: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun
juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik para mahasiswa maupun para mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun
belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun
ia miskin, ia selalu gembira.
3.Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’  ditulis terpisah dari bagianbagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya: Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu
per satu.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
(Tentang penulisan gabungan per dengan angka atau bilangan)
h.  Angka dan Lambang Bilangan
1.  Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
Angka Arab                    : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Angka Romawi                : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X. L (50), C (100),
D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000).
2.  Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan (b) satuan waktu, dan (c) nilai uang.
Misalnya:    a. 10 liter beras
4 meter persegi
5 kilogram
0,5 sentimeter
10 persen
b. 1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
c. Rp 5.000,00
US$ 3.50*
£ 5.10*
Y 100

2000 rupiah

50 dolar Amerika
10 pon Inggris
100 yen
Catatan:
* Tanda titik di sini melambangkan tanda desimal.

3.  Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya: Jalan Tanah Abang I no. 15
Hotel Indonesia Kamar 169
4.  Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.
Misalnya: Bab X, pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
5.  Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.  Bilangan utuh
Misalnya: 12 dua belas
22 dua puluh dua

222 dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan pecahan
Misalnya: ½             setengah
¾ tiga perempat
1/6 seperenam belas
3 2/3 tiga dua pertiga
1/100 seperseratus

1% satu persen

1% satu permil
1,2 satu dua persepuluh
6. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya: Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10

Paku Buwono kesepuluh
Bab II

Bab ke-2

Bab kedua

Abad XX
Abad ke-20
Abad kedua puluh
Tingkat I
Tingkat ke-1
Tingkat kesatu (pertama)
7.  Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.
Misalnya: tahun 50-an atau tahun lima puluhan
uang
5000-an atau uang lima ribuan
lima uang
1000-an atau lima uang seribuan
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung)
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemaparan.
Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan
tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir,
52 orang memberikan suara setuju,
l5 suara tidak setuju, dan 5 suara blangko.
Kendaraan yang ditempuh untuk pengangkutan
umum berjumlah 50 bus,
100 helicak, dan
100 bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis degan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
250 orang tamu diundang Pak Darmo
atau
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20
(dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Di lemari itu tersimpan
805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya: Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp 999,00 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan rupiah).
Saya lampirkan tanda terima sebesar 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) rupiah

C.Penggunaan Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar digunakan pada huruf pertama pada setiap awal kalimat.

Aturan nomor 1 ini tentunya sudah tidak asing lagi bagi Anda.

Contohnya:

Ibu selalu pergi ke pasar pada hari minggu.
Angkat semua barang itu dan masukan ke dalam rumah!
Apakah kamu bertemu dengan Andi baru-baru ini?

2. Huruf kapital atau huruf besar digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata yang memiliki hubungan dengan nama-nama agama, kitab suci, Tuhan dan termasuk juga kata ganti Tuhan.

Contoh:

Islam
Kristen
Buddha
Hindu
dll

Contoh kalimat:

Tunjukanlah hamba-Mu ke jalan yang benar, Yang Maha Kuasa.
Aku bertobat keapada-Mu, ya Tuhan Yang Maha Pengampun.

3. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan atau keagamaan bila diikuti nama orang.

Contoh:

Haji Aria Nugraha
Sultan Mahmud ke 3
Kiyai Samsudin
dll

Contoh kalimat:

Kemarin saya bertemu dengan Haji Sanusi saat sedang melaksanakan shalat maghrib.   (Benar)
Kata Pak Haji, “Jangan bicara sembarangan kalua tidak ada bukti”      (Salah)
Iskandar Syah adalah Sultan yang sangat bijaksana.  (Salah)
Pengangkatan Sultan Iskandar Syah sebagai sultan yang baru sangat meriah.   (Benar)

4. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama setiap nama jabatan, atau pangkat yang diikuti oleh nama orang, instansi tertentu, atau tempat.

Contoh:

Presiden Joko Widodo
Bapak Gubernur Ridho
Menteri Perikanan dan Kelautan
Walikota Bandar Lampung
Jenderal Soedirman


Contoh Kalimat:

Dalam kunjungannya Presiden Joko Widodo sempat mengunjungi istana presiden di Bogor.
Indonesia memiliki seorang jendral yang gagah berani yang bernama Jendral Soedirman.
Pagi ini gubernur bertemu dengan Bapak Walikota Bandar Lampung. 

5. Huruf kapital digunakan pada huruf awal di setiap unsur-unsur nama orang.

Contoh:

Aria Nugraha
Muhammad Ibnu Batuta
Putri Annisa Siti Zahara Sari

Catatan: huruf kapital tidak digunakan pada nama-nama pada huruf pertama kata bin, binti dan alias.

Contoh:

Aria Nugraha bin Muhammad Nassir
Muhtia Azzahra binti Suprapto

6. Huruf kapital tidak digunakan pada huruf awal nama orang, tempat geografis, kota, yang digunakan sebagai nama ukuran, nama makanan dan nama satuan.
Contoh:

pisang Ambon
tahu sumedang
15 pascal
mesin diesel
gula jawa
jeruk bali
kunci inggris

Contoh kalimat:

Saat berkunjung ke Ambon, aku membeli pisang ambon yang terkenal itu.
Ibu menyuruhku untuk membeli jeruk bali, gula jawa sementara ayah memintaku untuk membeli kunci inggris.

7. Huruf kapital digunakan pada huruf awal nama suku, bangsa, Negara dan bahasa.
Contoh:

bangsa Indonesia
suku Lampung
orang Dayak
bahasa Inggris

Contoh kalimat:

Suku Lampung memiliki ciri-ciri yang unik yaitu, berbicara dengan bahasa Lampung, menulis dengan aksara Lampung dan tinggal di rumah khas Lampung.

Catatan: Huruf kapital tidak digunakan jika menjadi kata sisipan.

Contoh:

Keinggris-inggrisan
Pengindonesian bahasa asing

Contoh kalimat:

Meskipun dia suku Batak, logat berbicaranya kejawa-jawaan.

8. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama di setiap nama bulan, tahun, peristiwa sejarah, hari-hari khusus.

Contoh:

bulan Januari
tahun Masehi
hari Raya Idul Fitri
Perang Salib
Konferensi Meja Bundar
Proklamasi Kemerdekan

Contoh kalimat:

Tahun ini hari Raya Idul Fitri jatuh pada bulan Juli.
Aku bertemu dengannya pada hari Kamis di bulan Oktober.
Sejarah mengatakan perang terbesar di Indonesia adalah Perang Diponegoro.

9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf awal pada nama khas dalam geografi.

Contoh:

Selat Sunda
Gunung Rajabasa
Danau Toba
dll

catatan: Huruf kapital tidak digunakan pada nama-nama geografi yang tidak khas.

Contoh:

Kapal itu berlayar meninggalkan teluk menuju Pulau Tangkil.
Aku sangat memimpikan untuk mendaki gunung tertinggi di Indonesia yaitu Gunung Semeru.
ikan-ikan yang berada di sungai tercemar oleh limbah.
Indonesia memiliki danau yang terbesar yaitu Danau Toba.

10. Huruf kapital digunakan pada huruf awal nama organisasi, badan atau lembaga, instansi pemerintah, dan dokumen resmi Negara.

Contoh:

Undang-Undang Dasar 1945
Pancasila
Surat Supersemar
Kementrian Pendidikan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Contoh kalimat:

Hukum Indonesia berdasarkan undang-undang yang telah disepakati yaitu Undang-Undang Dasar 1945.
Adikku menajadi pegawai kementrian di Kementrian Hukum dan Ham.

11. Huruf kapital digunakan pada kata-kata sapan.
Contoh:

Pak
Buk
Tuan
Saudara
Anda

Catatan: Huruf kapital tidak digunakan pada kata acuan seperti ibu, bapak, kakak, saudara, dan lain-lain.

Contoh kalimat:

Bagaimana perasaan Anda?
Selamat pagi Pak?
Permisi Buk, apakah ibu melihat ibu yang memakai baju putih lewat sini.
Hay Kak, perkenanlkan ini adalah kakakku yang pertama
Ada yang bisa saya bantu Tuan? sepertinya tuan muda sedang bingung.

12. Huruf kapital digunakan pada setiap huruf awal pada setiap kata di judul buku, tulisan, artikel, dan lain-lain.
Contoh:

Berlayar ke Ujung Samudra yang Luas
Manfaat dari Olahraga untuk Kesehatan Tubuh
Nyanyian tentang Alam di Gunung yang Permai

Catatan: kata-kata yang tidak bisa berdiri sendiri atau kata tugas seperti “ke, di, untuk, dari, tentang, yang” tidak menggunakan huruf kapital.


13. Huruf kapital digunakan sebagai singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Contoh:

Dr.
Prof.
S.Pd
Ny.
Sdr.
K.H.
Tn.

Contoh:

Di kampusku ada seorang professor yang baik dia adalah Prof. Subagyanto.
Dia mengatakan bahwa Dr. Aria Nugraha meraih gelar doktornya di Amerika.

D.Ragam Tanda Baca
1. Tanda titik (.)
Fungsi dan pemakaian tanda titik:
  • Untuk mengakhiri sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan,
  • Diletakan pada akhir sinkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan,
  • Pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum,
Contoh :
  • Menggunakan tanda baca dengan benar agar tidak terjadi kesalah pahaman.
  • Dr. Adit senang mengobati orang sakit.
  • Kutipan menarik itu diambil dari hlm 5 dan 8. 

2. Tanda Koma (,)
Fungsi dan pemakaian tanda koma antara lain:
  • Memisahkan unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilang,
  • Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat,
  • Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dakam kalimat, dll.
Contoh :
  • Studio tersebut tersedia berupa gitar, drum dan bass.
  • Apabila keliru memilih bidang spesialisasi, usaha tidak dapat melaju. 
  • “Jangan buang sampah sembarangan,” kata Rudi.
3. Tanda Seru (!)
Fungsi dan pemakaian tanda seru :
  • Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Contoh :
  • Jangan letakan benda itu di depan saya !
4. Tanda Titik Koma (;)
Fungsi dan pemakaian titik koma adalah:
  • Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara
  • Memisahkan kalimat yang setara didalam satu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
  Contoh :
  • Hari makin sore; kami belum selesai juga. 
  • Desi sibuk bernyanyi; ibu sibuk bekerja di dapur; adik bermain bola. 
5. Tanda Titik Dua (:)
Tanda Titik Dua digunakan dalam hal-hal sebagai berikut
  • Pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
  • Pada kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
  • Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
Contoh :
  • Fakultas Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga jurusan: Akuntansi, Managemen, dan Ilmu Ekonomi. 
  • Project By: Alland Project
Penulis: Indra Lesmana
Editor: Wicak 
  • “Jangan datang terlambat.”    
 Budi: “Siap, Pak.” 

6. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai dalam hal-hal seperti berikut:
  • Menyambung unsur-unsur kata ulang
  • Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing
Contoh :
  • Anak-anak kelaparan di negara Afrika adalah akibat globalisasi. 
  • di- packing 
7. Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipergunakan untuk menyatakan hal-hal seperti berikut
  • Mengambarkan kalimat yang terputus-putus
  • Menunjukan bahwa satu petikan ada bagian yang dihilangkan
Contoh :
  • “PLAK ….. ALHAMDULLLIILAHH ……” kuda itu berjalan dengan cepat, sampai-sampai orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan terlihatlah jurang yang sangat dalam. 
8. Tanda Tanya (?)
  • Tanda tanya selalunya dipakai pada setiap akhir kalimat tanya.
  • Tanda tanya yang dipakai dan diletakan didalam tanda kurung menyatakan bahwa kalimat yang dimaksud disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh :
  • Siapa Presiden Indonesia saat ini? 
9. Tanda Kurung ( )
Tanda kurung dipakai dalam ha-hal berikut
  • Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
  • Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok pembicaraan
  • Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan
Contoh :
  • Jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga disebut demand (permintaan). 
10. Tanda Kurung Siku ( [..] )
Tanda kurung siku digunakan untuk:
  • Mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada akhir kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain
  • Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
Contoh :
  • Persamaan akuntansi ini (perbedaannya ada di Bab 1 [lihat halaman 38-40]) perlu dipelajari disini. 
11. Tanda Petik (“…”)
Fungsi tanda petik adalah:
  • Mengapit petikan lagsung yang berasal dari pembicaraan, naskah atau bahan tertulis lain
  • Mengapit judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai dalam kalimat
  • Mengapit istilah kalimat yang kurang dikenal
Contoh :
  • Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.” 
12. Tanda Petik Tunggal (‘..’)
Tanda Petik tunggal mempunyai fungsi :
  • Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain
  • Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
Contoh :
  • “Dia bilang padaku ‘jangan kau ganggu dia’, seketika itu aku ingin mengingatkannya kembali.” Ujar Andi.  
13. Tanda Garis Miring (/)
  • Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat
  • Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat
Contoh :
  • Modem itu memiliki kecepatan sampai 7,2 Mb / s. 
14. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
  • Tanda Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.
Contoh :
  • Budi bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD ‘45.

2.Kata dan Pilihan Kata
A.Pengertian Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.

Pengertian Diksi atau Pilihan kata

Jika kita menulis atau berbicara, kita selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana.
Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :
• Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
• Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
• Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.

B.Makna Kata

Ilustrasi Makna Kata
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).

Kata-kata yang bersal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata. Agar bahasa yang dipergunakan mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari segi makna yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau pendengar karena rangsangan aspek bentuk kata tertentu.

Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna donatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal.

Makna Denotatif

Sebuah kata mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu atau menunjukan pengertian atau makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotative digunakan dalam bahasa ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan gagasannya. Agar gagasan yang disampaikantidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus menyampaikan gagasannya dengan kata-kata yang mengandung makna denotative.

Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil pengukuran dan pembatasan (perera, 1991:69).

Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotative adalah makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan adalah tangannya yang sebelah kanan sakit.

Makna Konotatif

Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai emosi tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi pikiran. Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif disamping mkna denotatif.

Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan criteria-kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.

Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai tempat duduk mengandung makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh seseorang mengandung makna kiasan atau makna konotatif.

Makna Leksikal

akna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata yang bermakna leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).

Makna Gramatikal 

Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah alat.

Makna Asosiatif

Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.

1. Makna Kolokatif 

Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah bahasa. Kata kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki makna yang sebenarnya.

2. Makna Reflektif

Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan, atau haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.

3. Makna Stilistika

Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah satu cirri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung akan berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada eaktu komunikasi itu.

4. Makna Afektif

Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam berbahasa.

5. Makna Interpretatif 

Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan (parera,1991:72)


2. Struktur Leksikal
Yang dimaksud dengan struktur leksikal adalah bermacam-macam pertalian semantik yang terdapat di dalam kata.


1. Polisemi
Seperti terlihat dalam contoh yang lalu, satu kata mungkin mempunyai arti lebih dari satu. Di antara arti-arti itu masih ada hubungan, meskipun hanya sedikit atau hanya bersifat kiasan. Kata angin misalnya dalam arti gramatikal masih dapat dicari hubungannya dengan yang bermakna leksikal. Kata-kata yang dapat memiliki bermacam-macam arti demikianlah yang disebut dengan polisemi. Poli berarti banyak, semi berarti tanda.
Dalam kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana, kata polisemi dijelaskan sebagai memiliki makna pemakaian bentuk bahasa seperti kata, frase, dan sebagaina dengan makna yang berbeda-beda. Misalnya:
Sumber, yang berarti: 1) Sumur, 2) Asal, 3) Tempat sesuatu yang banyak;
Kambing hitam, yang berarti: 1) Kambing yang hitam, 2) Orang yang dipersalahkan.
Kata polisemi dalam bahasa Inggris adalah polysemy atau multiple meaning.
Polisemi merupakan perkembangan makna kata. Perubahan makna kata dapat terjadi dalam suatu bahasa atau dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Dalam proses perubahan makna kata, makna asal ada yang masih tetap bertahan di samping makna baru ada pula yang hilang tidak dipergunakan lagi dalam pemakaian bahasa sehari-hari.


2. Homonimi
Apabila dalam polisemi kita berbicara mengenai satu kata yang mempunyai beberapa arti, maka dalam homonimi kita memperoleh kenyataan lain bahwa yang menyangkut dua kata atau lebih yang berlainan makna, tetapi mempunyai bentuk yang sama (homograf) atau mempunyai bunyi yang sama (homofon). Dalam polisemi kita hanya berhadapan dengan satu kata saja. Sedangkan dalam homonimi kita berhadapan dengan dua kata atau lebih.
Dalam homonimi seakan-akan kita berhadapan dengan satu kata yang mempunyai beberapa arti, tetapi arti yang satu dengan yang lain tidak mempunyai hubungan sama sekali. Dalam hal ini sebetulnya bukan satu kata melainkan beberapa kata (yang berlainan asal usulna) yang secara kebetulan mempunyai bentuk yang sama.
Contoh kata-kata yang berhomonim:
Bisa, ketoprak, beruang, mengerang, dan sebagainya.
Bisa, berarti: 1) dalam bahasa Jawa berarti sanggup atau dapat, 2) bahasa Melayu yang berarti racun.
Ketoprak, berarti: 1) dari Bahasa Jawa berarti sebangsa sandiwara dengan menari dan menyanyi disertai gamelan, 2) dari bahasa Jakarta berarti nama makanan terdiri dari tahu dan taoge, kecap dan sebagainya.
Beruang, berarti: 1) nama binatang buas, 2) mempunyai ruang (bentuk dasar ruang mendapatkan afiks –ber), 3) mempunyai uang (dari bentuk dasar uang mendapat afiks –ber).
Mengerang, berarti: 1) mengeluh, merintih karena kesakitan (dari kata erang mendapat afiks me-), 2) mencari kerang.
Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni onoma yang berarti nama dan homos yang berarti sama. Arti harfiahnya sama nama untuk benda lain. Dalam bahasa Indonesia kadang-kadang homonimi masih dapat dibedakan lagi atas homograf dan homofoni (homofon). Semua contoh tersebut adalah homonym yang bersifat homofon. Yaitu kata-kata yang mempunyai bunyi atau ucapan yang sama. Sedangkan kata-kata sedan (1), sedan (2), teras (1), dan teras (2), adalah kata-kata homonym yang bersifat homograf. Yaitu kata-kata yang sama tulisannya.


3. Sinonimi
Sinonimi atau lebih dikenal dengan istilah sinonim yaitu kata-kata yang bentuknya berbeda tetapi artinya sama. Kata sinonim berasal dari kata Yunani Kuno onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah artinya adalah nama lain untuk benda yang sama.
Yang dimaksud sama dalam batasan ini tidak bersifat mutlak, sebab dalam pemakaian sehari-hari tidak ada dua kata yang benar-benar sama maknanya. Bahkan yang dikatakan sinonim itu mempunyai makna yang sama sekali berlainan.
Gorys Keraf membuat batasan sinonimi adalah suatu istilah yang dapat ditafsirkan sebagai:
1. Telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama
2. Keadaan di mana dua kata memiliki makna yang sama
Sebaliknya sinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama.
Dalam kamus Linguistik Harimurti Kridaklaksana dijelaskan bahwa sinonim yaitu bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat. Walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja.
Bagaimana sinonim-sinonim itu terjadi?
1. Karena perkembangan sejarah, terutama melalui proses serapan. Pengenalan dengan bahasa asing mengakibatkan masuknya kata-kata baru yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa sehari-hari. Seperti kitab dan buku.
2. Karena masuknya kata-kata daerah atau dialek-dialek yang berbeda. Seperti tali dan tambang, singkong dan ketela.
3. Karena perbedaan gaya atau register. Seperti mati dan meninggal, kuat dan perkasa, bagus dan elok.
4. Makna emotif (nilai rasa) dan evaluatif dapat pula menciptakan sinonim-sinonim. Makna denotatif atau juga disebut makna kognitif, makna ideasional, makna proposisional atau makna denotasional dari kata-kata itu tetap sama seperti: gadis, dara dan perawan. Opas, kuli dan budak. Ekonomis, hemat dan irit.
Di samping itu masih ada sinonim yang bersifat kolokasional yaitu ada kata-kata yang hanya muncul dalam hubungan dengan kata tertentu. Misalnya kata belia bersinonim dengan teruna, remaja dan muda, tetapi kata yang boleh diikutinya dan didahuluinya tidak sama.


4. Hiponimi
Antara sebuah kata dengan kata yang lain sering terdapat semacam relasi atas dan bawah, yang dalam ilmu bahasa disebut hiponimi. Karena ada tingkat atas dan bawah, maka kata yang berkedudukan sebagai kelas atas disebut superordinat dan dikelas bawah disebut hiponim. Contohnya bunga mawar, bunga dahlia, bunga kamboja, bunga melati. Mawar, dahlia, kamboja dan melati merupakan hiponim. Sedangkan Bunga adalah superordinatnya.
Dari Kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana kita dapat memperoleh kejelasan bahwa hiponimi adalah hubungan dalam semantik antara makna spesifik dan makna generik. Makna generik yaitu unsur leksikal yang maknanya mencakup segolongan unsur.
Misalnya antara kucing, anjing, dan kambing di satu pihak dan hewan di pihak yang lainnya.  Kucing, anjing dan kambing disebut hiponim dari hewan; hewan disebut superordinat dari kucing, anjing dan kambing; kucing, anjing dan kambing disebut ko-hiponim.


6. Doblet
Ada kata-kata yang benar-benar sama asal usulnya dan dalam perkembangannya lalu ada yang berbeda bentuk maupun artinya. Jikalau sepatah kata timbul dan mempunyai dua varian, kemudian varian itu diberi arti yang berlainan, maka doblet ini bisa timbul.
Misalnya sajak dengan sanjak. Jabat dengan jawat. Negara dengan negeri dan sebagainya.


3.Kalimat Efektif

Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu  menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.

Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
    
Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif:

Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

A. Kesepadanan Struktur

Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:

1. Memiliki subjek dan predikat yang jelas

Contoh:

Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour.       (Tidak efektif)
Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour.              (Efekti)

Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan Subjek.

2. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal.

Contoh:

Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa.                       (Tidak Efekti)
Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa.     (Efektif)

B. Kepararelan Bentuk

Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina.

Contoh:

Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif.       (Tidak efektif)
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif.          (Efektif)

C. Kehematan Kata

Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah: 

1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk

Contoh:

Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren.        (Tidak efektif)
Saya tidak suka buah apel dan duren.                                    (Efektif)

2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat

Contoh:

Saya hanya memiliki 3 buah buku saja.          (Tidak efektif)
Saya hanya memiliki 3 buah buku.                   (Efektif)

3. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak

Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.    (Tidak efektif)
Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.                          (Efektif)

D. Kecermatan

Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda.

Contoh:

Guru baru pergi ke ruang guru.            (Tidak efektif)
Guru yang baru pergi ke ruang guru.   (Efektif)

E. Ketegasan

Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut.  Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif.

1. Meletakan kata kunci di awal kalimat

Contoh:

Sudah saya baca buku itu.      (Tidak efektif)
Buku itu sudah saya baca.      (Efektif)

2. Mengurutkan kata secara bertahap.

Contoh:

Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden.   (Tidak efektif)
Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur.     (Efektif)

F. Kepaduan

Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
  
Contoh:

Budi membicaran tentang pengalaman liburannya.   (Tidak efektif)
Budi membicarak pengalaman liburannya.                   (Efekti)

G. Kelogisan

Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.

Contoh:

Waktu dan tempat kami persilahkan!     (Tidak efektif)
Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efekti)

Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya.

Contoh-contoh kalimat efektif:

  • Karena tidak tidur semalaman, dia terlambat datang ke sekolah.
  • Dia memakai baju merah.
  • Sesudah dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Tugas itu bagi saya sangat mudah.
  • Semua mahasiswa diwajibkan membayar uang kuliah sebelum tanggal 26 Februari 2015.
  • Saya sedang membuat nasi goreng.
  • Selanjutnya, saya akan menjelaskan pentingnya air bagi kehidupan. 









0 komentar:

Posting Komentar