Kalijodo
Pada zaman dahulu tempat ini disebut
dengan peh cundi di Kali Angke.Karena pada tempat ini banyak muda mudi yang
mendapatkan jooh di tempat ini maka di namailah Kaijodo.Dalam tradisi China,
Peh Cun adalah tradisi yang diselenggarakan setiap hari 100 penanggalan imlek.
Salah satu tradisi dalam perayaan Peh Cun adalah pesta air. Pesta air itu
diikuti oleh muda-mudi laki-laki dan perempuan yang sama-sama menaiki perahu
melintasi Kali Angke.Pada saat itu perahu akan berisi tiga sampai empat orang
laki-laki atu perempuan.Di perahu tersebut laki-laki akan melihat ke arah
perahu yg berisi perempuan.Jika seorang laki-laki suka dengan perempuan yang
ada di perahu lainnya maka ia akan melempar kue yang bernama tiong cupia.Kue
ini terbuat dari tepung terigu yang berisi kacang hijau.Bagi perempuan yang
ditaksir jika ia senang ia akan melemparkan kue sejenis ke arah laki-laki yang
menyukainya. Dari sinilah kemudian kawasan ini berubah menjadi Kalijodo karena
menjadi kawasan untuk mencari jodoh.Berbeda dengan saat ini, di masa itu Kali
Angke masih jernih. Itulah mengapa walau tradisi ini dilakukan oleh etnis
Tionghoa, tetapi masyarakat umum tetap memadati Kali Angke untuk melihat
perayaan tersebut.Tradisi Peh Cun dan Imlek sendiri tidak lagi dirayakan
setelah tahun 1958 setelah pemerintah mengeluarkan aturan tentang hal tersebut.
Aturan tersebut dibuat oleh Wali Kota Jakarta Sudiro yang menjabat diera 1953-1960.Walikota
masa itu, jabatannya setara dengan gubernur di masa kini.
Kalijodo berkembang menjadi tempat perjudian
ilegal tempat prostitusi liar sampai sekarang. Kalijodo selalu menjadi sasaran
razia dan penertiban. Sebentar mereda seusai razia, kegiatan di kawasan ini
kembali berjalan. Kalijodo kian menggeliat setelah lokalisasi Kramat Tunggak,
Koja, Jakarta Utara, resmi ditutup pada Desember 1999.Kompas.com Kalijodo tidak lagi dikenal sebagai tempat hiburan kelas bawah.
Beragam kalangan datang ke sana untuk sekadar berkaraoke hingga bermalam dengan
perempuan pekerja seks komersial.Berdasarkan data Kelurahan Pejagalan, Jakarta
Utara, ada sekitar 50 kafe yang beroperasi di kawasan Kalijodo dan sekitar 150
PSK tinggal di sana. Namun, saat para PSK bekerja, jumlahnya bisa mencapai 500
orang.
Pada 2014 lalu,
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia membuat
surat kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam surat itu, Komnas HAM
menyatakan, permukiman warga itu tidak layak dijadikan lokasi prostitusi.Komnas
HAM menilai lokalisasi di Kalijodo yang bercampur dengan pemukimam membahayakan
mental dan pendidikan anak-anak. Menanggapi surat Komnas HAM, Sekretaris Daerah
DKI Jakarta, Saefullah, dikutip Liputan 6, mengatakan akan
menertibkan kawasan Kalijodo. Penertiban yag ditargetkan selesai pada Januari
2015 tak kunjung terwujud.
Pada tahun 2014 pada saat jokowi
menjabat sebagai gubernur jakarta,ia pernah melakukan blusukan bersama wakil
gubernur ke Kalijodo.Sejak saat itu muncul wacana penggusuran Kalijodo.
Pada hari senin tanggal 29 Februari
2016 ribuan pasukan gabungan yang terdiri dari kepolisian TNI dan Satpol PP
melakukan penggusuran kawasan Kalijodo.Penggusuran ini di mulai pada pagi hari
yang di kawal oleh ratusan polisi,untuk mengantisipasi perlawanan dari para
penghuni kawasan tersebut.Alasan pengusuran ini adalah ingin mengembalikan
kawasan tersebut kawasan hijau sebagaimana peruntukkannya.
Setelah penggusuran
dilakukan,sebanyak 200 KK eks Kalijodo di pindahkan ke dusun Marunda.Unit pengelola
rusun Marunda mengatakan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan lurah dan
camat untuk menyegerakan warga eks kalijodo mendapatkan KTP rusun.
Setelah kawasan Kalijodo
rata dengan tanah pemerintah DKI berencana akan menjadikan kawasan ini sebagai
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang mana nantinya tempat ini akan di tanami dengan
beragam jenis pohon,pohon yang di tanam juga bukan sembarang pohon yaitu pohon
dengan perakaran yang kuat dan tidak merusak konstruksi,tumbuh pada tanah
padat,mengutamakan tanaman lokal dan budidaya. Beberapa jenis pohon tersebut,yang
akan ditanami divegetasi RTH sepadan sungai yaitu jenis Flamboyan, Kecrutan,
Nyamplung, Matoa dan Bintaro.Sedangkan untuk vegatasi ornamental antara lain
Kamboja, Pohon Sosis, Tembusu, Ketapang Kencana, Mindi dan Pulai. Sementara
untuk tanaman langka khas betawinya yaitu Jambu Bol, Maja, Matoa, Rukem dan
Sawo Manila.
0 komentar:
Posting Komentar