Sabtu, 06 Juni 2015

MENGANALISA KASUS DALAM ORGANISASI

KASUS – KASUS YANG TERJADI DALAM ORGANISASI

Koordinasi Dalam Program Kerja.
Dalam sebuah organisasi biasa nyakita banya sekai menjumpai masalah-masalah kecil yang berefek besar pada organisasi tersebut.Masalah yang sebenarnya sepele misalnya kesalah pahaman antar anggota organisasi dan mungkin juga miss communication yang nantinya berimbas pada rusaknya atau gagalnya suatu acara yang sudah direncanakan sebelumnya.
Kasus seperti ini akan menyebabkan sebagian anggota mengerjakan tugasnya sesuai prosedur dan setengahnya lagi melenceng dengan apa sudah di rencanakan.Dalam hal ini mengakibatkan rasa ketidak adilan antar anggota organisasi.Apabila perselisihan ini terjadi pada ketua organisasinya dapat berefek fatal,seperti hancurnya organisasi tersebut baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar.Padahal seharusnya pemimpin harus dapat menjaga ikatan kebersamaan antar anggota agar terjalin komunikasi yang baik antar anggota sehingga organisasi dapat berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan kegiatan-kegiatan yang berkualitas bagi masyarakat.
Recruitment
          Di dalam sebuah organisasi pencarian anggota baru juga berarti,karena anggota organisasi ini lah kedepannya yang akan menentukan bagaimana susksesnya suatu organisasi.Bagaimana suatu tugas di kerjakan oleh beberapa orang sehingga dapat mempermudah suatu pekerjaan dan menghemat waktu kerjanya juga.
Mempertahankan kader-kader.
          Mempertahankan kader-kader organisasi jauh lebih sulit dari pada merekrutnya.Jika suatu organisasi sudah terdapat perselisihan dan mengakibatkan anggotanya tidak nyaman dalam organisasi tersebut tidak menutup kemungkinan anggotanya satu-persatu akan meninggalkan organisasi yang berujung kepada hancurnya organisasi tersebut.

Contoh kasus dalam sebuah organisasi:
          Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat, dan merupakan salah satu pilar ekonomi, selayaknya perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Di sisi lain, salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan dilakukan melalui program-program pemberdayaan ekonomi rakyat. Dengan demikian, melalui pemberdayaan koperasi diharapkan akan mendukung upaya pemerintah tersebut. Dalam upayanya, pemerintah dalam hal ini Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dituntut untuk dapat menghasilkan program dan kebijakan yang dapat mendukung tumbuh dan berkembangnya koperasi. 
Risiko merupakan bahaya, risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Namun demikian risiko juga harus dipandang sebagai peluang, yang dipandang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Jadi kata kuncinya adalah tujuan dan dampak pada sisi yang berlawanan.
Dengan kata lain risiko adalah probabiltas bahwa “Baik” atau “Buruk” yang mungkin terjadi yang akan berdampak terhadap tujuan yang ingin kita capai. Untuk itu risiko perlu kita kelola dengan baik melalui proses yang logis dan sitematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi serta memonitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses atau yang biasa kita kenal dengan manajemen risiko, kembali pada perkembangan koperasi, walaupun mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan Koperasi senantiasa atau sering kali terganjal oleh sejumlah masalah klasik, diantaranya:
1.Lemahnya partisipasi anggota
2. Kurangnya permodalan
3. Pemanfaatan pelayanan
4. Lemahnya pengambilan keputusan
5. Lemahnya Pengawasan
6. Manajemen Resiko
          Masalah – masalah tersebut diatas merupakan potensi risiko yang yang tampak dan teridentifikasi, sehingga berangkat dari permasalahan umum tersebut Koperasi seharusnya sudah mampu melakukan mitigasi risiko atas permasalahan tersebut diatas. Selanjutnya bagi Koperasi yang bergerak dalam usaha simpan pinjam merupakan industri yang sarat dengan risiko. Koperasi kredit sebenarnya adalah miniatur dari perbankan. Yang dikelola hampir sama, yakni uang masyarakat (anggota koperasi) dan kemudian menyalurkan dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat (anggota koperasi) yang membutuhkan.
          Dengan risiko tersebut maka sudah selayaknya jika Koperasi kredit menerapkan konsep manajemen risiko, sebagai konsekuensi dari bisnis yang penuh dengan risiko. Artinya risiko yang mungkin timbul dimitigasi dengan cara menerapkan manajemen risiko di semua lini dan bidang. Hal ini menunjukan bahwa pengurus dan pengelola Koperasi kredit sudah selayaknya memiliki kemampuan dalam hal manajemen risiko atau sudah mengikuti program sertifikasi manajemen risiko. Tentunya konsep yang ditawarkan disesuaikan dengan tingkat risiko yang melekat pada bisnis koperasi.
          Manajemen Risiko Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk memperkecil ruang dan kesempatan para pembobol koperasi untuk melancarkan aksinya adalah dengan, memberlakukan manajemen risiko dalam praktek berkoperasi. Masalah ini sebenarnya masalah klise yang sudah dicoba dipecahkan jauh hari sebelum meledaknya berbagai kasus di koperasi. Fenomena ini tentunya sejalan dengan rencana penataan modal koperasi, yang seharusnya juga disesuaikan dengan kemajuan bisnis Koperasi kredit yang bersangkutan. Semua risiko yang muncul di balik gemerlapnya bisnis Koperasi kredit, harus bisa ditutup dengan modal koperasi. Itu berarti manajemen risiko merupakan back bone menuju koperasi yang sehat.
          Maklum, pengalaman tidak menyenangkan yang menimpa beberapa koperasi memperlihatkan bahwa persoalan manajemen risiko tidak bisa dianggap enteng. Pengalaman memberi pelajaran berharga bahwa pengelolaan risiko yang buruk dapat membahayakan kelangsungan koperasi. Pertanyaannya, risiko apa saja yang harus di-cover oleh koperasi? Faktor risiko yang melekat pada bisnis koperasi khususnya Koperasi kredit, jika dikaji lebih jauh, ternyata jumlahnya sangat banyak (beragam), diantaranya :
1. Risiko Kredit, risiko ini didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamkannya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.
2. Risiko Likuiditas, risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan Koperasi tidak mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.
3. Risiko Operasional, risiko operasional didefinisikan sebagai resiko kerugian atau ketidakcukupan proses internal, sumber daya manusia dan sistem yang gagal atau dari peristiwa eksternal.
4. Risiko Bisnis, risiko bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi persaingan antar Koperasi dan prospek keberhasilan Koperasi dalam perubahan pasar.
5. Risiko Strategik, risiko strategik adalah risiko yang terkait dengan keputusan jangka panjang yang dibuat oleh pengurus dan pengelola.
6. Risiko Reputasional, resiko kerusakan pada Koperasi yang diakibatkan dari hasil opnini public yang negative.
7. Risiko Legal
8. Risiko Politik
9. Risiko Kepatuhan




ANALISA PERMASALAHAN dI ATAS:
1.Dari contoh di atas partiipasi anggota koperasi kurang,hal ini dapat tejadi mungkin karena kurang baik nya pelayanan petugas koperasi terhadap masyarakat,dan bisa juga kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faslitas yang di berikan koperasi.
2.Kuragnya Permodalan,kurangnya modal koperasi  dapat terjadi karena anggota koperasi yang sedikit sehingga  uang sumbangan sukarelanya jadi sedikit.
3.Pemanfaatan pelayanan,layanan petugas koperasi juga berpengaruh terhadap lama bertahannya suatu koperasi.Jika pelayanan petugas koperasi yang baik dan proses pinjam meminjamnya cepat tidak menutup kemungkinan banyak anggota yang mau berpartisipasi untuk menjadi anggota koperasi dan begitu juga sebaliknya.
4.Lemahnya Pengambilan Keputusan,pengambilan keputusan dalam koperasi memang berjalan lama,karena harus melalui beberapa tahap.Mengumpulkan anggota koperasi,musyawarah untuk menetapkan suatu keputusan,baru kemudian menetapkan hasil musyawarah.Dalam hal ini kadang masih terdapat campur tangan pribadi antar pihak.
5.Lemahnya Pengawasan,hal ini terjadi karena dalam koperasi biasanya banyak yang harus di urus sehingga tidak ada tim khusus yang mengawasi koperasi tersebut.Jalannya koperasi hanya bisa di lihat dari rapat tahunan anggota koperasi.Yang dalam hal ini data nya dapat di manipulasi oleh petugas koperasi  karena tidak kurangnya pengawasan tadi.
6.Manajemen Resiko,Biasanyya dalam koperasi jarang terdpat resiko yang terlalu besar.Tetapi sebaiknya ada manajemen resiko nya untuk meminimalisir kerugian yang mungkin saja akan terjadi.
          Dari uraian di atas manajemen resiko dalam koperasi di perlukan untuk meminimalisir kemungkinan kerugian yang akan terjadi dalam sebuah koperasi.

Referensi:


0 komentar:

Posting Komentar