1.Ucapan dan Ejaan
A.Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca,
bagaimana memotong-motong suatu kata, dan bagaimana menggabungkan kata-kata.
Pemakaian Bahasa Indonesia ingin
berkembang dan maju dalam segala bidang seirama dengan tuntutan pembangunan.
Langkah praktis yang ditempuhnya dengan menyerap unsur-unsur asing (yang
mengandung konsep yang tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia) dalam pemakaian
Bahasa Indonesia.karena tidak ada konsepnya dalam Bahasa Indonesia, mereka
menyerap unsur asing, misalnya, izin, folio, dan vak dalam Bahasa Indonesia.
Dengan demikian, unsur bunyi z, f, v yang tadinya tidak ada dalam Bahasa
Indonesia menjadi ada .hal ini tidk dapat dihindari, sebab situasi dan kondisi
menuntut yang seperti itu. Kita tidak pantas lagi mengikuti aliran purisme yang
mempertahankan “keaslian” bahasanya secara tidak proposional.Menyadari keadaan
yang demikian itulah, ejaan kita sekarang menerima pemakaian huruf z, f, v, q,
x, dan c dalam Bahasa Indonesia, walaupun pemakaiannya dalam batas-batas
tertentu.
·
Huruf q dan x pemakaiannya dibatasi hanya dalam
keperluan ilmu dan nama. Jadi, dalam pemakain umum, yaitu dalam kata-kata umum
dan istilah, kedua huruf itu belum dapat dipakai. Dalam matematika, misalnya,
dapat menandai sesuatu dengan q da x. begitu juga nama Baihaqi, Iqbal (nama
orang); dan xerox, Xerxes, sinar-X (nama barang) dibenarkan. Tetapi kata-kata
asing aquarium, equator, quadrat, extra, dan taxi harus dituliskan akuarium,
ekuator, kuadrat, ekstra, dan taksi.Jadi
q diganti k dan x digantti ks.
·
Huruf f dan v, walaupun dalam Bahasa Indonesia
keduanya dibunyikan sama tetap dipakai secara berbeda. Kata-kata asing yang
diucapkan (f) tak bersuara oleh pemakaian bahasa asing yang bersangkutan
ditulis f dalam Bahasa Indonesia, sedangkan yang diucapkan (v) besuara oleh
pemakaian bahasa asing yang bersangkutan dilambangkan dengan v. jadi, kata-kata
asing factor, physiology, photocopy, vitamin, television, dan vacuum diubah
menjadi faktor, fisiologi, fotokopi, vitamin, televisi, dan vakum.
·
Sedangkan huruf c dan y pemakaian kedua huruf
ini sebagai realisasi kerjasama antara indonesia dan Malaysia, khususnya dalam
hal pengembangan dan pembinaan kedua bahasa, yaitu Bahasa Melayu dan Bahasa
Indonesia . apabila pada Ejaan suwandi penulisan bunyi (cacat) dan (sayat)
ditulis tjatjat dan sajat, maka pada ejaan sekarang ditulis cacat dan sayat.
Dalam Bahasa Melayu pun ditulis cacat dan sayat.
·
Bunyi (z) pada unsur asing yang masuk kedalam
Bahasa Indonesia ditulis sebagai bunyi aslinya, yaitu z. oleh sebab itu, kata
zakat, ziarah, zebra, zat, zodiac yang dianggap tepat, tetapi bukan jakat,
jiarah, jebra, jat, dan sodiak.
B.Aturan Penulisan Kata dalam Bahasa
Indonesia.
|
a. Kata Dasar
Kata yang
berupa kata dasar ditulis sebagai satu satuan.
Misalnya: Ibu percaya engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu buku baru.
b. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai
dengan dasarnya.
Misalnya:bergeletar
dibiayai
diperlebar
mempermainkan
menengok
2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang mengikuti atau mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya: bertepuk tangan
garis bawahi
menganak
sungai
sebar luaskan
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung)
3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat
awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung)
Misalnya: memberitahukan
mempertanggungjawabkan
dilipatgandakan
penghancurleburan
4. Kalau salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai.
Misalnya: amoral
antarkota
antikomunis
bikarbonat
catur tunggal
dasawarsa
demoralisasi
dwiwarna
ekawarna
ekstrakurikular
infrastruktur
inkonvensional
internasional
introspeksi
kolonialisrne
kontrarevolusi
kosponsor
mahasiswa
monoteisme
multilateral
nonkolaborasi
Pancasila
panteisme
poligami
prasangka
purnawirawan
reinkarnasi
saptakrida
semiprofesional
subseksi
swadaya
telepon
transmigrasi
tritunggal
tunanetra
ultramodern
Catatan:
(1) Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh
kata yang huruf awalnya huruf besar, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung ( – ).
Misalnya: non-Indonesia
pan-Afrikanisme
(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai,
kecuali jika diikuti oleh kata yang bukan kata dasar.
Misalnya:
Di daerahnya ia benar-benar “mahakuasa“.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Semoga Yang Mahaesa memberkahi
usaha Anda.
c. Kata Ulang
Bentuk
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-).
Misalnya:
anak-anakan
berjalan-jalan
biri-biri
buku-buku
centang-perenang
dibesar-besarkan
gerak-gerik
hati-hati
huru-hara
kuda-kuda
kupu-kupu
kura-kura
laba-laba
lauk-pauk
mata-mata
menulis-nulis
mondar-mandir
porak-poranda
ramah-tamah
sayur-mayur
sia-sia
terus-menerus
tukar-menukar
tunggang-langgang
undang-undang
d. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya umumnya ditulis
terpisah.
Misalnya: duta besar
kambing hitam
kereta api cepat
luar biasa
mata pelajaran
meja tulis
model linear
orang tua
persegi panjang
rumah sakit umum
simpang empat
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung
untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: alat
pandang-dengar
anak-istri
buku sejarah-baru
dua-sendi
ibu-bapak
watt-jam
3.
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya: akhirulkalam
alhamdulillah
apabila
bagaimana
barangkali
bilamana
bismillah
bumiputra
daripada
halalbihalal
hulubalang
kepada
manakala
matahari
padahal
paramasastra
peribahasa
sekaligus
sendratari
silaturahmi
syahbandar
wasalam
e. Kata Ganti ku, kau,
mu dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apa yang kumiliki
boleh kauambil
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
f. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada
dan daripada (Lihat juga Bab III, Pasal D.3.)
Misalnya:Adiknya pergi ke luar negeri
.Bermalam
sajalah di sini.
Di mana ada
Siti, di situ ada
Sidin.
la datang dari Surabaya
kemarin.
Ia ikut terjun ke tengah kancah
perjuangan.
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ke mana
saja ia selama ini ?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke
depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Mereka ada di rumah.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Perhatikanlah penulisan
berikut.
Jangan mengesampingkan persoalan yang penting itu.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.la keluar sebentar.
Kemarikan buku ituSi Amin
lebih tua daripada si Ahmad.
Semua orang yang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
g. Partikel
1. Partikel lah, kah, tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Bacalah buku itu baik-baik.Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
Siapatah gerangan dia?
2. Partikel pun ditulis terpisah
dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apa pun yang dimakannya,
ia tetap kurus.
Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belun, pernah datang ke
rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar
ditulis serangkai: adapun,
andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik para mahasiswa maupun para mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun ia miskin, ia selalu gembira.
3.Partikel per yang berarti ‘mulai’,
‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian–bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya: Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per
1 April.
(Tentang penulisan gabungan per dengan angka atau
bilangan)
h. Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang
bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur lebih lanjut
dalam pasal-pasal yang berikut ini.
Angka Arab
: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Angka
Romawi :
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X. L (50), C (100),
D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000).
2. Angka digunakan untuk menyatakan (a)
ukuran panjang, berat, dan (b) satuan waktu, dan (c) nilai uang.
Misalnya: a. 10 liter beras
4 meter persegi
5 kilogram
0,5 sentimeter
10 persen
b. 1 jam
20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
c. Rp 5.000,00
US$ 3.50*
£ 5.10*
Y 100
2000 rupiah
50 dolar Amerika
10 pon Inggris
100 yen
Catatan:
* Tanda
titik di sini melambangkan tanda desimal.
3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya: Jalan Tanah Abang I no. 15
Hotel Indonesia Kamar 169
4. Angka digunakan juga untuk menomori
karangan atau bagiannya.
Misalnya:
Bab X, pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf
dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya: 12 dua belas
22 dua puluh dua
222 dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan pecahan
Misalnya: ½
setengah
¾ tiga perempat
1/6 seperenam belas
3 2/3 tiga dua pertiga
1/100 seperseratus
1% satu persen
1% satu permil
1,2 satu dua persepuluh
6. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan
dengan cara yang berikut.
Misalnya: Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
Bab II
Bab ke-2
Bab kedua
Abad XX
Abad ke-20
Abad kedua puluh
Tingkat I
Tingkat ke-1
Tingkat kesatu (pertama)
7. Penulisan kata bilangan yang
mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.
Misalnya: tahun 50-an atau tahun
lima puluhan
uang 5000-an
atau
uang lima
ribuan
lima uang 1000-an
atau
lima uang seribuan
(Lihat
juga keterangan tentang tanda hubung)
8. Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemaparan.
Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga
ratus ekor
ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang memberikan suara setuju,
l5 suara tidak setuju, dan 5 suara blangko.
Kendaraan yang ditempuh untuk pengangkutan umum berjumlah 50 bus,
100 helicak, dan 100 bemo.
9. Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis degan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Misalnya: Lima belas orang tewas dalam
kecelakaan itu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
250 orang tamu diundang Pak Darmo
atau
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang
Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian supaya lebih mudah
dibaca.
Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta
dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
huruf sekaligus dalam teks.
Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang
pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan
huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya: Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp 999,00 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan rupiah).
Saya
lampirkan tanda terima sebesar 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) rupiah
|
C.Penggunaan Huruf
Kapital
1. Huruf kapital
atau huruf besar digunakan pada huruf pertama pada setiap awal kalimat.
Aturan nomor 1 ini tentunya sudah tidak asing lagi bagi Anda.
Contohnya:
Ibu selalu pergi ke pasar pada hari minggu.
Angkat semua barang itu dan masukan ke dalam rumah!
Apakah kamu bertemu dengan Andi baru-baru ini?
2. Huruf kapital atau huruf besar digunakan sebagai huruf pertama pada
setiap kata yang memiliki hubungan dengan nama-nama agama, kitab suci, Tuhan
dan termasuk juga kata ganti Tuhan.
Contoh:
Islam
Kristen
Buddha
Hindu
dll
Contoh kalimat:
Tunjukanlah hamba-Mu ke jalan yang benar, Yang Maha Kuasa.
Aku bertobat keapada-Mu, ya Tuhan Yang Maha Pengampun.
3. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan atau keagamaan bila diikuti nama orang.
Contoh:
Haji Aria Nugraha
Sultan Mahmud ke 3
Kiyai Samsudin
dll
Contoh kalimat:
Kemarin saya bertemu dengan Haji Sanusi saat sedang melaksanakan shalat
maghrib. (Benar)
Kata Pak Haji, “Jangan bicara sembarangan kalua tidak ada
bukti” (Salah)
Iskandar Syah adalah Sultan yang sangat bijaksana. (Salah)
Pengangkatan Sultan Iskandar Syah sebagai sultan yang baru sangat
meriah. (Benar)
4. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama setiap nama jabatan, atau
pangkat yang diikuti oleh nama orang, instansi tertentu, atau tempat.
Contoh:
Presiden Joko Widodo
Bapak Gubernur Ridho
Menteri Perikanan dan Kelautan
Walikota Bandar Lampung
Jenderal Soedirman
Contoh Kalimat:
Dalam kunjungannya Presiden Joko Widodo sempat mengunjungi istana presiden di
Bogor.
Indonesia memiliki seorang jendral yang gagah berani yang bernama Jendral
Soedirman.
Pagi ini gubernur bertemu dengan Bapak Walikota Bandar Lampung.
5. Huruf kapital digunakan pada huruf awal di setiap unsur-unsur nama orang.
Contoh:
Aria Nugraha
Muhammad Ibnu Batuta
Putri Annisa Siti Zahara Sari
Catatan: huruf kapital tidak digunakan pada nama-nama pada huruf pertama kata
bin, binti dan alias.
Contoh:
Aria Nugraha bin Muhammad Nassir
Muhtia Azzahra binti Suprapto
6. Huruf kapital
tidak digunakan pada huruf awal nama orang, tempat geografis, kota, yang
digunakan sebagai nama ukuran, nama makanan dan nama satuan.
Contoh:
pisang Ambon
tahu sumedang
15 pascal
mesin diesel
gula jawa
jeruk bali
kunci inggris
Contoh kalimat:
Saat berkunjung ke Ambon, aku membeli pisang ambon yang terkenal itu.
Ibu menyuruhku untuk membeli jeruk bali, gula jawa sementara ayah memintaku
untuk membeli kunci inggris.
7. Huruf kapital digunakan pada huruf awal nama suku, bangsa, Negara dan
bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia
suku Lampung
orang Dayak
bahasa Inggris
Contoh kalimat:
Suku Lampung memiliki ciri-ciri yang unik yaitu, berbicara dengan bahasa
Lampung, menulis dengan aksara Lampung dan tinggal di rumah khas Lampung.
Catatan: Huruf kapital tidak digunakan jika menjadi kata sisipan.
Contoh:
Keinggris-inggrisan
Pengindonesian bahasa asing
Contoh kalimat:
Meskipun dia suku Batak, logat berbicaranya kejawa-jawaan.
8. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama di setiap nama bulan, tahun,
peristiwa sejarah, hari-hari khusus.
Contoh:
bulan Januari
tahun Masehi
hari Raya Idul Fitri
Perang Salib
Konferensi Meja Bundar
Proklamasi Kemerdekan
Contoh kalimat:
Tahun ini hari Raya Idul Fitri jatuh pada bulan Juli.
Aku bertemu dengannya pada hari Kamis di bulan Oktober.
Sejarah mengatakan perang terbesar di Indonesia adalah Perang Diponegoro.
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf awal pada nama khas dalam geografi.
Contoh:
Selat Sunda
Gunung Rajabasa
Danau Toba
dll
catatan: Huruf kapital tidak digunakan pada nama-nama geografi yang tidak khas.
Contoh:
Kapal itu berlayar meninggalkan teluk menuju Pulau Tangkil.
Aku sangat memimpikan untuk mendaki gunung tertinggi di Indonesia yaitu Gunung
Semeru.
ikan-ikan yang berada di sungai tercemar oleh limbah.
Indonesia memiliki danau yang terbesar yaitu Danau Toba.
10. Huruf kapital digunakan pada huruf awal nama organisasi, badan atau
lembaga, instansi pemerintah, dan dokumen resmi Negara.
Contoh:
Undang-Undang Dasar 1945
Pancasila
Surat Supersemar
Kementrian Pendidikan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Contoh kalimat:
Hukum Indonesia berdasarkan undang-undang yang telah disepakati yaitu
Undang-Undang Dasar 1945.
Adikku menajadi pegawai kementrian di Kementrian Hukum dan Ham.
11. Huruf kapital digunakan pada kata-kata sapan.
Contoh:
Pak
Buk
Tuan
Saudara
Anda
Catatan: Huruf kapital tidak digunakan pada kata acuan seperti ibu, bapak,
kakak, saudara, dan lain-lain.
Contoh kalimat:
Bagaimana perasaan Anda?
Selamat pagi Pak?
Permisi Buk, apakah ibu melihat ibu yang memakai baju putih lewat sini.
Hay Kak, perkenanlkan ini adalah kakakku yang pertama
Ada yang bisa saya bantu Tuan? sepertinya tuan muda sedang bingung.
12. Huruf kapital digunakan pada setiap huruf awal pada setiap kata di judul
buku, tulisan, artikel, dan lain-lain.
Contoh:
Berlayar ke Ujung Samudra yang Luas
Manfaat dari Olahraga untuk Kesehatan Tubuh
Nyanyian tentang Alam di Gunung yang Permai
Catatan: kata-kata yang tidak bisa berdiri sendiri atau kata tugas seperti “ke,
di, untuk, dari, tentang, yang” tidak menggunakan huruf kapital.
13. Huruf kapital digunakan sebagai singkatan nama gelar, pangkat dan
sapaan.
Contoh:
Dr.
Prof.
S.Pd
Ny.
Sdr.
K.H.
Tn.
Contoh:
Di kampusku ada seorang professor yang baik dia adalah Prof. Subagyanto.
Dia mengatakan bahwa Dr. Aria Nugraha meraih gelar doktornya di Amerika.
D.Ragam Tanda Baca
1. Tanda titik (.)
Fungsi dan pemakaian tanda titik:
- Untuk
mengakhiri sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan,
- Diletakan
pada akhir sinkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan,
- Pada
singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum,
Contoh :
- Menggunakan
tanda baca dengan benar agar tidak terjadi kesalah pahaman.
- Dr.
Adit senang mengobati orang sakit.
- Kutipan
menarik itu diambil dari hlm 5 dan 8.
2. Tanda Koma (,)
Fungsi dan pemakaian tanda koma antara lain:
- Memisahkan
unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilang,
- Memisahkan
anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk
kalimat,
- Memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dakam kalimat, dll.
Contoh :
- Studio
tersebut tersedia berupa gitar, drum dan bass.
- Apabila
keliru memilih bidang spesialisasi, usaha tidak dapat melaju.
- “Jangan
buang sampah sembarangan,” kata Rudi.
3. Tanda Seru (!)
Fungsi dan pemakaian tanda seru :
- Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah
atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi
yang kuat.
Contoh :
- Jangan
letakan benda itu di depan saya !
4. Tanda Titik Koma (;)
Fungsi dan pemakaian titik koma adalah:
- Memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara
- Memisahkan
kalimat yang setara didalam satu kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung.
Contoh :
- Hari
makin sore; kami belum selesai juga.
- Desi
sibuk bernyanyi; ibu sibuk bekerja di dapur; adik bermain bola.
5. Tanda Titik Dua (:)
Tanda Titik Dua digunakan dalam hal-hal sebagai berikut
- Pada
akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
- Pada kata
atau ungkapan yang memerlukan pemerian
- Dalam
teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
Contoh :
- Fakultas
Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga jurusan: Akuntansi, Managemen, dan Ilmu
Ekonomi.
- Project
By: Alland Project
Penulis: Indra Lesmana
Editor: Wicak
- “Jangan
datang terlambat.”
Budi: “Siap, Pak.”
6. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai dalam hal-hal seperti berikut:
- Menyambung
unsur-unsur kata ulang
- Merangkai
unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing
Contoh :
- Anak-anak
kelaparan di negara Afrika adalah akibat globalisasi.
- di-
packing
7. Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipergunakan untuk menyatakan hal-hal seperti berikut
- Mengambarkan
kalimat yang terputus-putus
- Menunjukan
bahwa satu petikan ada bagian yang dihilangkan
Contoh :
- “PLAK
….. ALHAMDULLLIILAHH ……” kuda itu berjalan dengan cepat,
sampai-sampai orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan terlihatlah
jurang yang sangat dalam.
8. Tanda Tanya (?)
- Tanda
tanya selalunya dipakai pada setiap akhir kalimat tanya.
- Tanda
tanya yang dipakai dan diletakan didalam tanda kurung menyatakan bahwa
kalimat yang dimaksud disangsikan atau kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Contoh :
- Siapa
Presiden Indonesia saat ini?
9. Tanda Kurung ( )
Tanda kurung dipakai dalam ha-hal berikut
- Mengapit
tambahan keterangan atau penjelasan
- Mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok pembicaraan
- Mengapit
angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan
Contoh :
- Jumlah
barang yang diminta pada berbagai tingkat harga disebut demand
(permintaan).
10. Tanda Kurung Siku ( [..] )
Tanda kurung siku digunakan untuk:
- Mengapit
huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada akhir
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain
- Mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
Contoh :
- Persamaan
akuntansi ini (perbedaannya ada di Bab 1 [lihat halaman 38-40]) perlu
dipelajari disini.
11. Tanda Petik (“…”)
Fungsi tanda petik adalah:
- Mengapit
petikan lagsung yang berasal dari pembicaraan, naskah atau bahan tertulis
lain
- Mengapit
judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai dalam kalimat
- Mengapit
istilah kalimat yang kurang dikenal
Contoh :
- Pasal
36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.”
12. Tanda Petik Tunggal (‘..’)
Tanda Petik tunggal mempunyai fungsi :
- Mengapit
petikan yang tersusun di dalam petikan lain
- Mengapit
terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
Contoh :
- “Dia
bilang padaku ‘jangan kau ganggu dia’, seketika itu aku ingin
mengingatkannya kembali.” Ujar Andi.
13. Tanda Garis Miring (/)
- Tanda
garis miring dipakai dalam penomoran kode surat
- Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor
alamat
Contoh :
- Modem
itu memiliki kecepatan sampai 7,2 Mb / s.
14. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
- Tanda
Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.
Contoh :
- Budi
bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD ‘45.
2.Kata dan Pilihan Kata
A.Pengertian Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki
makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan
dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan
sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat.
Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna
dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.
Pengertian Diksi atau Pilihan kata
Jika kita menulis atau berbicara, kita selalu menggunakan kata. Kata tersebut
dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah
wacana.
Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang
untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata
melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi
juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui
pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :
• Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan
suatu gagasan.
• Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi
pembacanya.
• Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut
menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
B.Makna Kata
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu
kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika
suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan
tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi,
1984:19).
Kata-kata yang bersal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau
kesalahan berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan makna
yang terkandung dalam sebuah kata. Agar bahasa yang dipergunakan mudah
dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari segi makna yang dapat
menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau pendengar karena rangsangan aspek
bentuk kata tertentu.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna
donatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal.
Makna Denotatif
Sebuah kata mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu
atau menunjukan pengertian atau makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung
makna denotative digunakan dalam bahasa ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah
seseorang ingin menyampaikan gagasannya. Agar gagasan yang disampaikantidak
menimbulkan tafsiran ganda, ia harus menyampaikan gagasannya dengan kata-kata
yang mengandung makna denotative.
Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri
nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang
berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil
pengukuran dan pembatasan (perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar
bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotative
adalah makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa,
dan tidak berupa kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit,
maka yang dimaksudkan adalah tangannya yang sebelah kanan sakit.
Makna Konotatif
Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu
mengandung nilai-nilai emosi tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya
mengungkap gagasan, pendapat atau isi pikiran. Tetapi juga mengungkapakan
emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang dipakai sama, akan tetapi
karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang
diucapkan mengandung makna konotatif disamping mkna denotatif.
Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa,
tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan
criteria-kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu
jabatan atau kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai
tempat duduk mengandung makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan
suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh seseorang mengandung makna kiasan
atau makna konotatif.
Makna Leksikal
akna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam
kamus, istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Makna kata
yang sesuai dengan kamus inilah kata yang bermakna leksikal. Misalnya : Batin
(hati), Belai (usap), Cela (cacat).
Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil
perstiwa tata bahasa, istilah gramatikal dari kata grammar yang artinya tata
bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil peristiwa tata bahasa ini sering disebut
juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah alat.
Makna Asosiatif
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan
nalar diluar bahasa. Ia berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi
memakai bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa
dan perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Makna asositif dibagi
menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif, makna
stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.
1. Makna Kolokatif
Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna
dalam frase sebuah bahasa. Kata kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase.
Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan oleh penggunaannya dalam
kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki makna yang sebenarnya.
2. Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna
konseptual dengan konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang
bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan, atau haram serta diperoleh
berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.
3. Makna Stilistika
Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan
berdasarkan keadaan atau situasi dan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu.
Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah satu cirri pembeda utama dari
mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung akan berbicara
mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada eaktu
komunikasi itu.
4. Makna Afektif
Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan
perasaan yang digunakan dalam berbahasa.
5. Makna Interpretatif
Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan
penafsiran dan tanggapan dari pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara,
membaca atau mendengarkan (parera,1991:72)
2. Struktur Leksikal
Yang dimaksud dengan struktur leksikal adalah bermacam-macam pertalian
semantik yang terdapat di dalam kata.
1. Polisemi
Seperti terlihat dalam contoh yang lalu, satu kata mungkin mempunyai arti
lebih dari satu. Di antara arti-arti itu masih ada hubungan, meskipun hanya
sedikit atau hanya bersifat kiasan. Kata angin misalnya dalam arti gramatikal
masih dapat dicari hubungannya dengan yang bermakna leksikal. Kata-kata yang
dapat memiliki bermacam-macam arti demikianlah yang disebut dengan polisemi.
Poli berarti banyak, semi berarti tanda.
Dalam kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana, kata polisemi dijelaskan
sebagai memiliki makna pemakaian bentuk bahasa seperti kata, frase, dan
sebagaina dengan makna yang berbeda-beda. Misalnya:
Sumber, yang berarti: 1) Sumur, 2) Asal, 3) Tempat sesuatu yang
banyak;
Kambing hitam, yang berarti: 1) Kambing yang hitam, 2) Orang yang
dipersalahkan.
Kata polisemi dalam bahasa Inggris adalah polysemy atau multiple meaning.
Polisemi merupakan perkembangan makna kata. Perubahan makna kata dapat
terjadi dalam suatu bahasa atau dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Dalam
proses perubahan makna kata, makna asal ada yang masih tetap bertahan di samping
makna baru ada pula yang hilang tidak dipergunakan lagi dalam pemakaian bahasa
sehari-hari.
2. Homonimi
Apabila dalam polisemi kita berbicara mengenai satu kata yang mempunyai
beberapa arti, maka dalam homonimi kita memperoleh kenyataan lain bahwa yang
menyangkut dua kata atau lebih yang berlainan makna, tetapi mempunyai bentuk
yang sama (homograf) atau mempunyai bunyi yang sama (homofon). Dalam polisemi
kita hanya berhadapan dengan satu kata saja. Sedangkan dalam homonimi kita
berhadapan dengan dua kata atau lebih.
Dalam homonimi seakan-akan kita berhadapan dengan satu kata yang mempunyai
beberapa arti, tetapi arti yang satu dengan yang lain tidak mempunyai hubungan
sama sekali. Dalam hal ini sebetulnya bukan satu kata melainkan beberapa kata
(yang berlainan asal usulna) yang secara kebetulan mempunyai bentuk yang sama.
Contoh kata-kata yang berhomonim:
Bisa, ketoprak, beruang, mengerang, dan sebagainya.
Bisa, berarti: 1) dalam bahasa Jawa berarti sanggup atau dapat, 2)
bahasa Melayu yang berarti racun.
Ketoprak, berarti: 1) dari Bahasa Jawa berarti sebangsa sandiwara
dengan menari dan menyanyi disertai gamelan, 2) dari bahasa Jakarta berarti
nama makanan terdiri dari tahu dan taoge, kecap dan sebagainya.
Beruang, berarti: 1) nama binatang buas, 2) mempunyai ruang (bentuk
dasar ruang mendapatkan afiks –ber), 3) mempunyai uang (dari bentuk dasar uang
mendapat afiks –ber).
Mengerang, berarti: 1) mengeluh, merintih karena kesakitan (dari kata
erang mendapat afiks me-), 2) mencari kerang.
Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni onoma yang berarti nama
dan homos yang berarti sama. Arti harfiahnya
sama nama untuk benda lain.
Dalam bahasa Indonesia kadang-kadang homonimi masih dapat dibedakan lagi atas
homograf dan homofoni (homofon). Semua contoh tersebut adalah homonym yang
bersifat homofon. Yaitu kata-kata yang mempunyai bunyi atau ucapan yang sama.
Sedangkan kata-kata sedan (1), sedan (2), teras (1), dan teras (2), adalah
kata-kata homonym yang bersifat homograf. Yaitu kata-kata yang sama tulisannya.
3. Sinonimi
Sinonimi atau lebih dikenal dengan istilah sinonim yaitu kata-kata yang
bentuknya berbeda tetapi artinya sama. Kata sinonim berasal dari kata Yunani
Kuno onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah
artinya adalah
nama lain untuk benda yang sama.
Yang dimaksud sama dalam batasan ini tidak bersifat mutlak, sebab dalam
pemakaian sehari-hari tidak ada dua kata yang benar-benar sama maknanya. Bahkan
yang dikatakan sinonim itu mempunyai makna yang sama sekali berlainan.
Gorys Keraf membuat batasan sinonimi adalah suatu istilah yang dapat
ditafsirkan sebagai:
1. Telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama
2. Keadaan di mana dua kata memiliki makna yang sama
Sebaliknya sinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama.
Dalam kamus Linguistik Harimurti Kridaklaksana dijelaskan bahwa sinonim
yaitu bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan
itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat. Walaupun umumnya yang
dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja.
Bagaimana sinonim-sinonim itu terjadi?
1. Karena perkembangan sejarah, terutama melalui proses serapan. Pengenalan
dengan bahasa asing mengakibatkan masuknya kata-kata baru yang sebenarnya sudah
ada padanannya dalam bahasa sehari-hari. Seperti kitab dan buku.
2. Karena masuknya kata-kata daerah atau dialek-dialek yang berbeda. Seperti
tali dan tambang, singkong dan ketela.
3. Karena perbedaan gaya atau register. Seperti mati dan meninggal, kuat dan
perkasa, bagus dan elok.
4. Makna emotif (nilai rasa) dan evaluatif dapat pula menciptakan
sinonim-sinonim. Makna denotatif atau juga disebut makna kognitif, makna
ideasional, makna proposisional atau makna denotasional dari kata-kata itu
tetap sama seperti: gadis, dara dan perawan. Opas, kuli dan budak. Ekonomis,
hemat dan irit.
Di samping itu masih ada sinonim yang bersifat kolokasional yaitu ada
kata-kata yang hanya muncul dalam hubungan dengan kata tertentu. Misalnya kata
belia bersinonim dengan teruna, remaja dan muda, tetapi kata yang boleh
diikutinya dan didahuluinya tidak sama.
4. Hiponimi
Antara sebuah kata dengan kata yang lain sering terdapat semacam relasi atas
dan bawah, yang dalam ilmu bahasa disebut hiponimi. Karena ada tingkat atas dan
bawah, maka kata yang berkedudukan sebagai kelas atas disebut superordinat dan
dikelas bawah disebut hiponim. Contohnya bunga mawar, bunga dahlia, bunga
kamboja, bunga melati. Mawar, dahlia, kamboja dan melati merupakan hiponim.
Sedangkan Bunga adalah superordinatnya.
Dari Kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana kita dapat memperoleh kejelasan
bahwa hiponimi adalah hubungan dalam semantik antara makna spesifik dan makna
generik. Makna generik yaitu unsur leksikal yang maknanya mencakup segolongan
unsur.
Misalnya antara kucing, anjing, dan kambing di satu pihak dan hewan di pihak
yang lainnya. Kucing, anjing dan kambing disebut hiponim dari hewan;
hewan disebut superordinat dari kucing, anjing dan kambing; kucing, anjing dan
kambing disebut ko-hiponim.
6. Doblet
Ada kata-kata yang benar-benar sama asal usulnya dan dalam perkembangannya
lalu ada yang berbeda bentuk maupun artinya. Jikalau sepatah kata timbul dan
mempunyai dua varian, kemudian varian itu diberi arti yang berlainan, maka
doblet ini bisa timbul.
Misalnya sajak dengan sanjak. Jabat dengan jawat. Negara dengan negeri dan
sebagainya.
3.Kalimat
Efektif
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang
sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah
dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif
mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya
seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Suatu kalimat dapat dikatakan
sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
1. Mudah
dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak
menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3.
Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4.
Sistematis dan tidak bertele-tele.
Prinsip-Prinsip Kalimat
Efektif:
Kalimat efektif memiliki
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan
kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip
kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
A. Kesepadanan Struktur
Kespadanan adalah
keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai
dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya
kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki
kesepadanan struktur, yaitu:
1. Memiliki subjek dan
predikat yang jelas
Contoh:
Bagi semua siswa kelas 2
harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidak
efektif)
Semua siswa kelas 2 harus
mengikuti kegaiatan study
tour.
(Efekti)
Untuk menghindari ketidak
jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan Subjek.
2. Tidak memiliki subjek
yang ganda di dalam kalimat tunggal.
Contoh:
Pembangunan Jalan itu
kami dibantu oleh semua warga
desa.
(Tidak Efekti)
Dalam membangun jembatan
itu, kami dibantu oleh semua warga desa. (Efektif)
B. Kepararelan Bentuk
Kalimat efektif memiliki
kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan
kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata
selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka
kata selanjutnya berbentuk nomina.
Contoh:
Langkah-langkah dalam
menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian
definisi kaliamt efektif. (Tidak efektif)
Langkah-langkah dalam
menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan
definisi kalimat efektif.
(Efektif)
C. Kehematan
Kata
Kalimat
efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan.
Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan
adalah:
1.
Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk
Contoh:
Saya tidak
suka buah apel dan saya tidak suka
duren. (Tidak efektif)
Saya tidak
suka buah apel dan
duren.
(Efektif)
2. Menghindari kesinoniman dalam
kalimat
Contoh:
Saya hanya memiliki 3 buah buku
saja. (Tidak efektif)
Saya hanya memiliki 3 buah
buku.
(Efektif)
3. Menghindari penjamakan kata pada
kata jamak
Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk
rasa di depan gedung rektorat. (Tidak efektif)
Para mahasiswa berunjuk rasa di
depan gedung
rektorat.
(Efektif)
D. Kecermatan
Yang dimaksud kecermatan adalah
cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan
makna ganda.
Contoh:
Guru baru pergi ke ruang
guru. (Tidak
efektif)
Guru yang baru pergi ke ruang
guru. (Efektif)
E. Ketegasan
Kalimat efektif memberikan penegasan
kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut.
Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif.
1. Meletakan kata kunci di awal
kalimat
Contoh:
Sudah saya baca buku
itu. (Tidak efektif)
Buku itu sudah saya
baca. (Efektif)
2. Mengurutkan kata secara bertahap.
Contoh:
Pertemuan itu dihadiri oleh menteri
pendidikan, gubernur dan presiden. (Tidak efektif)
Pertemuan itu dihadiri oleh
presiden, menteri pendidikan dan gubernur. (Efektif)
F. Kepaduan
Kalimat efektif memiliki kepaduan
pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
Contoh:
Budi membicaran tentang pengalaman
liburannya. (Tidak efektif)
Budi membicarak pengalaman
liburannya.
(Efekti)
G. Kelogisan
Ide kalimat dalam kaliamat efektif
dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.
Contoh:
Waktu dan tempat kami
persilahkan! (Tidak efektif)
Bapak kepala sekolah kami
persilahkan! (Efekti)
Demikianlah prinsip-prinsip dalam
kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif agar
tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada
pendengar atau pembacanya.
Contoh-contoh kalimat efektif:
- Karena
tidak tidur semalaman, dia terlambat datang ke sekolah.
- Dia
memakai baju merah.
- Sesudah
dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
- Tugas
itu bagi saya sangat mudah.
- Semua
mahasiswa diwajibkan membayar uang kuliah sebelum tanggal 26 Februari
2015.
- Saya
sedang membuat nasi goreng.
- Selanjutnya,
saya akan menjelaskan pentingnya air bagi kehidupan.